TAKUCE LEWE-LEWE (2)
Dafuq. Ketat betol peraturan dalam
komplek pabrik, saat istirahat kami tidak boleh mengeluarkan suara dengan oktaf
yang tinggi. Kami tidak boleh menggunakan listrik dimanapun termasuk di WC
padahal semua hp sudah low bat. Siang itu kami ditemani nasi uduk Bu De yang
rasanya sangat enak.
Sebelumnya -> TAKUCE LEWE-LEWE (1)
Kami diterima oleh Boyke
Freidrerick salah satu pegawai bidang hubungan
masyarakat. Pemegang saham PT. Inalum memang terdiri dari empat warga Jepang,
namun memasuki kawasan pabrik kami tidak dianjurkan untuk bergaya ala tentara Jepang
namun hanya diwajibkan menggunakan helm. Penjelasan sangat lengkap kami
dapatkan dari setiap pekerja pabrik karbon, reduksi, dan penuangan.
Kita nginap di Mess daerah Tanjung
Gading sekitar 12 km dari pabrik peleburan. Perut memang dalam keadaan lapar,
gorengan siap santap tersedia diatas meja makan dan yang tersisa hanya cabe
hijau. Lelah berkunjung pabrik, sore itu ada yang beristirahat dan ada juga
yang nonton TV. Ada saja otak jail dari anggota rombongan, terkadang odol tak
hanya dioleh di sikat gigi, tapi kali ini di wajah yang tidur. Bosan dengan
kehidupan komplek, pada malamnya kami berkeliling komplek dan sempat dikejar
oleh petugas karena terlalu larut malam duduk di pinggiran danau. Aneuk Teknik
pantang menyerah, nyari tempat tongkrongan baru di pelataran gedung pertemuan.
Di postingan kali ini, kita juga akan
bagi tips gimana makan astor yang memang cemilan favorit anak-anak kelahiran 90an. Langsung liat gambar
aja ya !
Astor normal |
Tidak tembus |
Lingkaran merah |
Nah, udah tau kan gimana cara makan
astor yang aman. Mahasiswa Teknik Industri dituntut untuk bisa memberdayakan
apasaja untuk memiliki daya guna salah satunya cabe sisa gorengan tadi sore. Yang
makan astor pedas diantaranya Hanif, Afdhal, Ogek, Mirza dan dikeesokan hari
korban yang berjatuhan adalah Hadiansyah, Muhardin, dan Husaini.
Husaini
: “Mangat that mess nyo na kue-kue, ideh hana sapeu”
Rombongan
& korban sebelumnya: *sok sibuk, ada yang jemur handuk sampai ada yang gosok
dinding*”
Husaini
: *tiba menjadi pendiam* karena straight 2 cabe dalam 1 astor.
Rombongan
& korban sebelumnya: “HAHAHAHAHAHA" *ketawa brengsek*”
Setelah berpamitan kepada Bu De,
perjalanan dilanjutkan ke Medan yang membutuhkan waktu 3 jam. Sesampai di Medan,
rombongan bertolak ke Mesjid Raya Medan untuk menunaikan ibadah shalat Jum’at. Setelah
Jum’at dilanjutkan dengan kunjungan ke HIMTI FT USU. Sesuai saran dari
mahasiswa USU, malamnya kita mengunjungi Merdeka Walk yang lebih dikenal MW dan
warkop Elizabeth karena tepat berada di depan RS Elizabeth.
Malam itu kami banyak olah raga dan melihat
warna-warninya lampu, kepulan asap dari berbagai macam jenis rokok. Di Medan
Metropolitan sudah seharusnya kita berjaga-jaga karena kejahatan dan pergaulan
bebas sering terjadi. Kita harus pandai-pandai memilih mana minuman sehat dan
minuman yang tidak sehat.
Pada Sabtu sore seluruh rombongan
kembali ke Aceh untuk melakukan aktifitas seperti biasanya. Sesampai di Aceh
kami melakukan perpisahan di Dhapu Kupi sekalian sarapan nasi perang. Banyak kejadian
lucu terjadi selama kegiatan ini, mungkin yang paling diingat adalah pengisian
BBM untuk mobil hanya 10rb. Mohon maaf atas kesalahan penulisan
hehehehehehehehe
Fakta yang belum terungkap sampai saat
ini, kenapa kenderaan yang kelompok B lebih cepat menghabiskan bensin selama
diperjalanan? Apa karena Faktor AC, mungkin juga berat beban atau lain-lain :p
Comments
Post a Comment