1 Om, 1 Pawang, 5 Bwaya (1)
Sepulang
dari Langsa daripada tidak melakukan apa-apa, Aku kemudian menulis kisah
perjalanan 5 bwaya beberapa hari yang lalu. Apalagi belakangan ni Aku jarang
menulis, sehingga blog ini sudah beberapa hari dibiarkan kosong tak terisi.
*mendadak seperti blog tersedu-sedu
Tanggal 15 Desember 2012 00:04
WIB, Aku dan Sahabat TI 2011, Ulil Aidi, Hasri Ifanda, M. Aqmal hanif,
hadiansyah, Lutfhi Malau, dan Agam, pergi
ke Langsa. Ya ke Langsa salah satu kota besar karena sudah mendekati Medan
ibukota Sumatera Utara. Keberangkatan kami ke Langsa tidak melainkan untuk
menghadiri undangan Khitan adiknya
Nabila Yudhisha yang bernama M. Aufar.
Kenapa kami harus pergi?, itu
hanya pertanyaan konyol yang tak mesti dijawab, kekompakan yang diajarkan
mentor saat Silaturahmi Aneuk Teknik (SIKAT) lah membawa kami sampai ke Langsa,
walaupun kita tau sendiri ini sudah pertengahan bulan yang biasanya memasuki
masa krisis. Kami menyewa mobil rental yang harga per harinya 300rb dan kami menyewa
selama dua hari dengan niat supaya bisa kembali ke Banda Aceh pada malam Senin.
Kalau usaha pasti ada jalan.
00:25 WIB | saat itu kondisi
tangki mobil Innova menunjukan satu kotak, itu petanda bahwa tidak akan cukup
untuk menemukan SPBU yang masih buka di Saree. Kami mengambil langkah awal
untuk mengisi enceran sebanyak 6 ltr (Rp. 30.000). Disepanjang jalan menuju
Langsa, demi menghilangkan rasa suntuk, saya sebagai pimpinan sidang dari Universitas
Syiah Kuala dan beberapa peserta delegasi dari Universitas Brawejaya,
Universitas Prada (UNPAD), Institute Penangkaran Bwaya (IPB) dan dihadiri
langsung oleh Panitia menggelar MUNAS di dalam mobil tersebut. MUNAS cukup
menarik sebagai ancang-ancang untuk MUBES HMTI pada Minggu selanjutnya. MUNAS
tersebut membahas LPJ, apa saja yang dilakukan saudara Hanif dan saudara Dian
sehingga jemputan yang janjinya datang ba’da Magrib molor hingga pukul 23:45.
Sepenjang perjalanan banyak
yel-yel yang tercipta oleh Hasri Ifanda, salah satunya
“Bwaya-bwaya kecil apa di dalam rawa? Tangkap tangkap”.
Saat memasuki kawasan pertokoan Panton Labu Aceh
Utara, terjadi insiden yang memang tidak akan pernah dilupakan oleh Ulil Aidi,
Zulfan Helmi, dan Hasri Ifanda karena pada pukul 03:39 mereka lah yang masih
terjaga *foto ada sama redaksi. Jantung berpacu sedikit lebih cepat dari
biasanya dan kami terus melaju ke SPBU 14.234.463 Panton Labu. Setelah
memastikan semuanya aman, kami melanjutkan perjalanan ke Langsa. Malam itu terjadi
hujan deras disepanjang perjalanan dan ditambah dengan buruknya kondisi jalan
sepanjang 2 km dari arah Blang Pulo sampai dengan Panggoi Aceh Utara.
Sesampai di Langsa, suasana perut
pun sudah tak karuan, kami sarapan di Kota Administratif yang diangkat
statusnya menjadi Kota Langsa pada 17 oktober 2001 ini. Setelah sarapan kami
munuju ke rumah abang sepupu Hasri Ifanda di bilangan Matang Seulimeng.
Semua tampil rapi dengan kemeja dan baju batik masing-masing dan bersiap untuk
pergi ke acara khitan adiknya Nabila Yudhisa. Di pelaminan Aufar terlihat
sangat ceria saat banyak kado yang diberikan kepada dia. Kami dengan muka tak
berdosa dan menjadi pengunjung pertama (makanan masih sangat-sangat lengkap)
menyantap apa saja yang memang dibutuhkan oleh siperut. Bayangkan saja Nasi
putih yang lezat, kari kambing (kuah beulangong) Aceh dengan campuran lemak,
renyahnya kerupuk melinjo dalam sambal goreng teri, dan lain-lain yang tak
mungkin ditulis semua daripada memaksa pembaca untuk mengambil tisu dan
membasuh liurnya. Ada yang lupa, mie kocok yang memang nendang ditambah vitamin
C minuman sunkist. Pokoknya ‘Tekoyak-koyak Abang Dek Makanannya”, pengunjung
juga hadir dari kawan-kawan cewek Aufar. Bayangkan saja mereka kawan-kawan
cewek Aufar pergi ke acara khitan tersebut dan saat pulang mengucapkan
Setelah berfoto bersama kami menggelar rapat kecil akan kemana kami selanjutnya.
"Selamat di.............ya Aufar"
Setelah berfoto bersama kami menggelar rapat kecil akan kemana kami selanjutnya.
13:32 WIB| Niat kami sudah bulat,
ingin menghabiskan malam ini di Medan,
negeri Bika Ambon.
Kalau kata Bang Let, semua yang
pergi ke Langsa itu supir minibus L-300. Dalam perjalanan menuju Medan kali ini
dikemudikan oleh Hanif dengan sedikit slengean dan Lutfhi sebagai navigator.
Sedikit was-was karena kondisi mobil yang 50:50 untuk melewati perbatasan
provinsi yang petugasnya suka mencari-cari kesalahan yang memang tidak masuk
akal.
Comments
Post a Comment